Halo, F.
Laki2 tinggi semampai, mas mas (...)
Jujur aku bingung sih mau nulis apa hehe, tapi baiklah...
Pertama, aku ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Esa karena telah mempertemukan aku denganmu.
Kedua, aku ucapkan terimakasih yang setulus2nya karena telah menerima segala keburukanku dengan penuh kesabaran.
Ketiga, aku minta maaf untuk segala kesalahan, kecerobohan,yang tidak bisa dimaklumi, bahkan diperbaiki sekalipun.
Benar sekali, penyesalan selalu datang di akhir.
Penyesalan terbesar nomor 2 setelah nodong hp secara paksa kepada Bapakku.
Aku menyesal.
Selalu berharap, ada kesempatan untuk kita berdua agar bisa mancing bareng lagi.
Seandainya waktu bisa diulang, aku ingin tetap menjadi Anggun-mu, dengan apa adanya, seada-adanya, tanpa tuntutan apapun.
Tapi, kamu benar..
Kita bukan puzzle yang bisa saling melengkapi satu sama lain.
Padahal dulu ku pikir kamu jodohku, hehe. Kamu iya ngga?
Yang denganmu, bangun tidurku terasa cantik.
Atau jalan kaki dari halte Elisabeth ke taman Gajah Mungkur tengah malam sambil gandengan terasa tidak lebay.
Tapi malam ini, coba ku bangunkan kesadaran.
Menerima kalau memang kenyataannya kamu tidak denganku.
Aku tau, kamu tidak pernah ingin ada pada keadaan seperti ini, begitu juga aku.
Lagi2 aku harus menerima kenyataan kalau orang yang pelukanya paling menenangkan, ternyata bukan untuk aku.
Semarang, Maret 2019
Laki2 tinggi semampai, mas mas (...)
Jujur aku bingung sih mau nulis apa hehe, tapi baiklah...
Pertama, aku ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Esa karena telah mempertemukan aku denganmu.
Kedua, aku ucapkan terimakasih yang setulus2nya karena telah menerima segala keburukanku dengan penuh kesabaran.
Ketiga, aku minta maaf untuk segala kesalahan, kecerobohan,yang tidak bisa dimaklumi, bahkan diperbaiki sekalipun.
Benar sekali, penyesalan selalu datang di akhir.
Penyesalan terbesar nomor 2 setelah nodong hp secara paksa kepada Bapakku.
Aku menyesal.
Selalu berharap, ada kesempatan untuk kita berdua agar bisa mancing bareng lagi.
Seandainya waktu bisa diulang, aku ingin tetap menjadi Anggun-mu, dengan apa adanya, seada-adanya, tanpa tuntutan apapun.
Tapi, kamu benar..
Kita bukan puzzle yang bisa saling melengkapi satu sama lain.
Padahal dulu ku pikir kamu jodohku, hehe. Kamu iya ngga?
Yang denganmu, bangun tidurku terasa cantik.
Atau jalan kaki dari halte Elisabeth ke taman Gajah Mungkur tengah malam sambil gandengan terasa tidak lebay.
Tapi malam ini, coba ku bangunkan kesadaran.
Menerima kalau memang kenyataannya kamu tidak denganku.
Aku tau, kamu tidak pernah ingin ada pada keadaan seperti ini, begitu juga aku.
Lagi2 aku harus menerima kenyataan kalau orang yang pelukanya paling menenangkan, ternyata bukan untuk aku.
Semarang, Maret 2019
Komentar
Posting Komentar